Rabu, 18 Februari 2015

Laporan Bacaan Buku "Orang-orang Proyek"

I.     Identitas Buku
Novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari adalah novel yang sudah tidak asing bagi penggemar karya sastra Indonesia. Novel ini pertama kali diterbitkan oleh penerbit Jendela pada Juli 2002 di Yogyakarta. Novel yang memiliki tebal 228 halaman ini dicetak di kertas hvs dengan ukuran 12x18cm.
Cover novel Orang-orang Proyek dominan berwarna putih dengan gambar di sisi bawah novel seperti ranting pohon yang kaku berjejer di dalam tebing berwarna abu-abu yang juga kaku, meninggi dari kanan ke kiri. Gambar lelaki memakai jas dan dasi kupu-kupu hitam serta berjas ungu sedang berdiri dan merentangkan tangan berada di sisi kiri cover.
II.  Sinopsis
Kabul adalah seorang insinyur teknik sipil yang bekerja menjadi kepala pelaksana pembangunan jembatan yang bernilai ratusan juta bahkan sampai milyaran. Kabul bekerja di sebuah desa yang masih kental suasana alamnya. Baginya, proyek tersebut merupakan pekerjaan dan beban psikologis karena jembatan yang dia bangun harus bermutu tinggi agar tidak mudah rusak. Jika hanya bertahan satu atau dua tahun, akan ada gunjingan oleh masyarakat sekitar bahwa orang proyek suka memanipulasi dana sehingga mutu bangunan jelek dan ujung-ujungnya membebani rakyat kecil. Pribadi Kabul bukanlah orang yang seperti itu, dia selalu memegang prinsip yang diajarkan Biungnya sejak kecil, yaitu apa anane, apa mesthine, apa benere.
Semua prinsip yang Kabul pertahankan sangat bertentangan dengan kenyataan di lapangan proyek. Anggaran dari dana luar negeri telah 30-40 persen masuk kantong pejabat sebelum sampai di lapangan. Dana sisa yang sekarang dipakai untuk proyek tidak mencukupi, semua pasir dan batu yang dipakai bermutu jelek. Terbesit di benak Kabul untuk mundur dari proyek, tetapi Kabul masih bimbang karena gaji yang diterimanya masih dipakai untuk biaya kuliah kedua adiknya yaitu Samad dan Aminah, juga untuk membantu Biyungnya.
Kabul bertemu teman sesama aktivis kampus bernama Basar yang menjadi Kades tempat proyek Kabul berjalan. Suatu hari rumah Basar didatangi tamu dari partai Golongan Lestari Menang yang berkuasa pada orde baru masa itu. Tamu Basar tersebut menyampaikan pesan bahwa HUT GLM akan diadakan di desa tersebut sekalian peresmian jembatan baru yang sedang diselesaikan oleh Kabul. Tamu tersebut meminta Basar untuk meminjam kuli proyek untuk mendirikan tenda dan mengaspal jalan desa yang masih berupa tanah. Tentu saja partai GLM tidak mau menanggung biaya untuk mendirikan tenda dan mengaspal jalan, mereka berkata bahwa lebih baik dananya dari proyek pembangunan jembatan tersebut.
Basar yang memiliki idealisme sama seperti Kabul sempat berontak tetapi hanya dalam hati dan pikiran. Beberapa hari setelah kejadian itu, Basar mendatangi proyek Kabul bersama seseorang yang memakai jaket GLM bernama Baldun. Tujuan Baldun datang ke proyek untuk meminta bantuan Kabul dan kuli proyek untuk merenovasi masjid mulai dari bantuan dana, material dan tenaga. Kabul menolak permintaan itu, tetapi Baldun menjelaskan bahwa seusai melaksanakan upacara HUT GLM, Wapres dan Ketua Umum partai akan shalat Jumat di masjid, sehingga masjid harus segera dirombak. Bahkan Insinyur Dalkijo, manajer proyek jembatan yang juga berperan sebagai bendaharawan GLM sudah menyetujui renovasi tersebut. Kabul tetap menolak sehingga membut Baldun geram dan meninggalkan proyek.
Kabul semakin tidak betah berada di proyek tersebut. Pasir yang digunakan benar-benar pasir dengan kualitas paling buruk dan banyak campurannya. Beton yang dipesan retak-retak dan Dalkijo tidak menggubris perkataan Kabul untuk membeli yang baru. Besi yang digunakan juga berasal dari besi bekas proyek Pantura yang sudah tidak layak pakai. Dalkijo tetap bersikeras memakai material tersebut, sehingga Kabul memutuskan untuk berhenti dari proyek tersebut. Kabul yang mengutarakan niatnya pada Dalkijo membuat suasana menjadi tegang, Dalkijo mengancam kabul kemudian keluar dari area proyek dengan wajah seperti terbakar.
Satu tahun setelah jembatan diresmikan, Kabul berniat ingin melihat keadaan jembatan dan benar saja apa yang diramalkan Kabul. Tepat di depan jembatan tertulis bahwa jembatan rusak. Kabul memeriksa jembatan tersebut dan mendapati jembatan itu lantainya sudah jebol, tetapi kerangka jembatan yang dikerjakan Kabul masih kokoh. Rasa sakit menusuk dada Kabul, di dalam hati Kabul berpikir ada berapa ribu proyek yang senasib dan hanya menghabiskan uang rakyat.
III.    Tanggapan
Novel ini membuat pembaca kritis tentang kecurangan-kecurangan yang terjadi pada proyek di seluruh Indonesia. Selain itu juga ada nilai agama pada novel tersebut saat tokoh utama tak pernah lalai menjalankan ibadah dan juga menceritakan kepercayaan penduduk setempat dengan hal yang magis.
Kekurangan novel ini adalah latar tempat yang sebagian besar di area proyek dan terkesan monoton hanya di situ-situ saja. Tetapi, secara keseluruhan isi novel tersebut sangat menarik untuk dibaca dan membuat pembaca penasaran bagaimana akhir cerita tersebut.
IV.    Rekomendasi

Novel Orang-orang Proyek sangat menarik untuk dibaca, isi novelnya tidak mengumbar kekerasan dan kata-kata yang tidak pantas. Oleh karena itu, novel ini layak dibaca untuk semua umur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar