Jurusan
bahasa khususnya PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) terkadang
dianggap sebelah mata oleh masyarakat, banyak orang berkata jika kuliah
dijurusan bahasa dan sastra mudah masuknya, mudah juga pelajarannya. Padahal
semua itu tidak benar, banyak calon mahasiswa baru yang berusaha keras agar
dapat masuk program studi ini. Mulai dari SNMPTN, SBMPTN, SM Prestasi, SM Utul,
bahkan mereka rela menunggu satu tahun kemudian jika tidak lulus pada
jalur-jalur masuk tersebut. Masyarakat juga menganggap bahwa jurusan PBSI tidak
seperti jurusan lain yang mempunyai kesempatan besar keluar negeri untuk
mengikuti program pertukaran pelajar ataupun melanjutkan studi. Kenyataannya
tidak hanya program studi lain saja yang bisa keluar negeri, mahasiswa PBSI pun
bisa keluar negeri untuk mengajar disana atau melanjutkan studinya. Banyak
naskah-naskah klasik dari Indonesia yang tersimpan di negara-negara luar dan
seharusnya dikuak untuk kepentingan kekayaan budaya Indonesia yang hanya dapat
dilakukan oleh ahli bahasa dan sastra, khususnya Bahasa Indonesia. Bahkan
banyak warga negara asing yang mencintai Bahasa Indonesia dan rela datang ke
Indonesia demi memperdalam kemampuan Bahasa Indonesia-nya di perguruan tinggi. Sebagai
contoh negara Australia, Bahasa Indonesia sebagai pelajaran ekstra pilihan di
sekolah-sekolah, yang mengejutkan adalah pengajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia adalah warga negara asing, bukan WNI. Sedangkan di Indonesia,
rakyatnya malah berlomba-lomba untuk mempelajari bahasa asing dan Bahasa
Indonesia dianggap remeh. Bayangkan, sangat menyedihkan mendapati kenyataan bahwa
rakyatnya saja tidak mencintai bahasa negaranya sendiri.
Banyak alasan kenapa saya memilih
PBSI. Salah satunya karena saya menyukai pelajaran Bahasa Indonesia. Sejak
kelas V SD saya selalu menanti pelajaran tersebut, sebab banyak cerita baik
dongeng ataupun cerpen yang diberikan guru saat itu. SMP dan SMA pengetahuan
tentang bahasa semakin bertambah dan saya merasa pelajaran bahasa sangat
menyenangkan. Selain itu saudara saya yang juga mengambil jurusan PBSI
bercerita bahwa mata kuliah yang dia jalani sangat menyenangkan dan tidak
membosankan. Saudara saya juga bercerita jika mempelajari seluk beluk bahasa
seperti Fonologi, Morfologi, Sintaksis dan Semantik, serta mempelajari Prosa,
Drama, Sastra Klasik, dan karya sastra lainnya itu tidak ada bosannya. Alasan
selanjutnya karena guru saya berkata kalau saya pandai jika dalam hal pelajaran
bahasa. Waktu penjurusan dari kelas X ke kelas XI memang saya berniat masuk ke
jurusan Bahasa, tetapi saat itu sekolah hanya membuka dua jurusan yaitu IPA dan
IPS. Ayah saya menasehati sebelum saya mendaftar melalui jalur-jalur masuk.
Ayah saya mengakatan bahwa wanita itu cocoknya menjadi guru karena jika sudah
berkeluarga besok anak-anaknya dapat terurus dengan baik, tidak seperti wanita
lain yang memilih sebagai pebisnis atau
karyawati kantor yang notabene sibuk dengan urusan-urusan.
Prospek lulusan PBSI sangat banyak yang paling utama
adalah menjadi guru dan dosen. Ribuan alumni PBSI juga banyak bekerja dalam
bidang pekerjaan/profesi lain yang masih relevan, seperti menjadi
jurnalis/wartawan, praktisi bahasa, penulis, editor, peneliti, perbankan,
wirausaha, sastrawan, reporter, pembawa acara dan masih banyak lagi pekerjaan
yang membutuhkan lulusan Bahasa Indonesia. Maka dari itu, ayo cintai bahasa dan
sastra negeri sendiri: Indonesia.