Menyimak untuk Anak
Keterampilan berbahasa mencakup
empat segi, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis, keempatnya merupakan caturtunggal
(Tarigan,1990:Vii). Menyimak adalah keterampilan bahasa yang tanpa disadari
berlangsung sehari-hari bahkan sudah secara alami dilakukan sejak individu
lahir di dunia. Menyimak dapat dikatakan sebagai kegiatan mendengar, tetapi
terdapat perbedaan antara menyimak dan mendengar. Menyimak adalah kegiatan mendengar
secara teliti dan sungguh-sungguh, sehingga penyimak akan mendapatkan manfaat,
sedangkan mendengar adalah kegiatan mendengarkan suara saja, tanpa memahami
makna dan keindahan dari suara-suara tersebut. Menurut Tarigan, menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh
pembicara melalui ujaran (1990:26).
Sebagian besar
masyarakat tidak mengetahui bahwa mereka sedang menyimak, seperti saat
pelajaran, bercakap-cakap, sedang curhat, melihat berita, dan sebagainya, yang
mereka ketahui hanya mendengarkan padahal mereka sudah memasuki area menyimak. Dapat diamati ketika seorang bayi yang sedang digendong
orang tua dan diajak bercengkrama, bayi tersebut seperti sedang mendengarkan
dengan gerak tubuhnya yang lucu sedang mencari asal suara karena penglihatan
bayi belum sempurna. Sebenarnya, bayi tersbut sedang menyimak apa yang
dikatakan oleh orang tua mereka, meskipun bayi tersebut belum mengerti
sepenuhnya, tetapi seorang bayi selalu menyimak dengan seksama. Dari awal
itulah seorang anak dapat berbicara, seorang anak menyimak bagaimana orang tua
mereka berbicara, kemudian mereka mulai meniru perkataan orang tua mereka dan
akhirnya anak dapat berbicara secara sempurna. Kalau diamati, sebenarnya
kualitas menyimak anak-anak lebih baik dibanding orang dewasa, karena pikiran
anak-anak masih fresh dan belum
memiliki beberapa masalah yang harus dipikirkan.
Menurut Tadkiroatun dan
Dwi ada beberapa hambatan menyimak yaitu:
1. Gangguan
Fisik
a. Lelah
Tidak dapat dipungkiri setiap individu
pasti merasa lelah ketika melakukan aktivitas, menyimak pun pasti dapat membuat
seseorang merasa lelah karena ketika menyimak orang harus terus fokus dan tidak
dapat mengalihkan perhatiannya jika ingin mendapat ilmu secara utuh.
b. Gangguan
pendengaran
Gangguan
pendengaran merupakan salah satu faktor yang sangat krusial. Akibat gangguan
pendengaran seseorang tidak mendapat bahan simakan secara sempurna dan hanya
setengah-setengah.
c. Bingung
faktor
dari dalam diri individu yang sulit diatasi oleh orang lain dan hanya individu
tersebut yang dapat mengatasi rasa kebingungan itu, apalagi ketika terjadi gap dengan bahan simakan.
2. Gangguan lingkungan
a. Bising
Pengambilan tempat yang tepat untuk
menyimak penting agar dapat maksimal dalam menyimak, sehingga kebanyakan ruang
kelas di sekolah-sekolah berada jauh dari jalan raya atau area untuk umum.
b. Gaduh
Gaduh hampir sama dengan bising, jika
bising berasal dari luar ruangan, gaduh berasal dari dalam ruangan. Ketika
kegiatan menyimak, anak yang masih kecil memang sangat sulit di ajak bekerja
sama untuk tidak membuat gaduh, tetapi jika bahan yang akan disimak sangat
menarik seperti dongeng dan cerita anak, tidak akan sulit untuk mengkondisikan
suasana.
3. Ketidakseimbangan
pengetahuan atau pandangan penyimak dengan bahan simakan yang disampaikan oleh
pembicara. Walaupun terdapat ketidakseimbangan, tetapi ketika terdapat gap antara pembicara dan penyimak,
penyimak yang tidak tahu istilah tersebut pasti segera mencatat kata-kata
pembicara dan akan mencari makna dari kata tersebut, dan itu bagus untuk
menambah pengetahuan penyimak.
4. Gangguan
non fisik penyimak
a. Penyimak
tidak memiliki motivasi
b. Penyimak
memiliki tipe-tipe khusus dalam menyimak
c. Suara
pembicara yang tidak jelas
d. Simbol
linguistik yang dipakai oleh pembicara tidak sama dengan penyimak dan akan
menimbulkan kebingungan.
Teknik
menyimak sistem kuliah yang dikembangkan oleh Universitas Cornell diringkas
dengan sistem 5R, yaitu : Record, Reduce, Recite, Reflect, dan Review
(Tadkiroatun dan Dwi, 2004:36) yang dapat membantu keterampilan menyimak
sebaiknya diajarkan pada anak sejak dini, tetapi tidak sekompleks pada saat kuliah.
Teknik ini terdiri dari Record atau
menulis kata-kata yang paling penting dalam bahan simakan. Reduce atau menulis frasa atau ide pokok dari materi simakan yang
telah ditulis dari tahap record. Recite atau menuliskan kembali dari record dan mengacu pada recite menurut pemahaman sendiri dan
jika perlu dapat mencantumkan referensi tambahan. Reflect atau menuliskan kalimat dari bahan simakan yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari, dan review
atau membaca kembali hasil yang telah dituliskan.
Teknik
menyimak 5R sebenarnya sangat bagus untuk meningkatkan daya ingat dan menggali
ide anak untuk menulis serta meningkatkan keterampilan membaca, tetapi ada
beberapa kesulitan yang akan dihadapi oleh anak yaitu rasa malas karena
terkadang materi yang disajikan tidak sesuai dengan minat anak sehingga anak
merasa malas untuk mengerjakan teknik 5R tersebut, bahkan rasa malas tersebut
sudah muncul pada kegiatan recite dan
hasil yang dicapai tidak akan maksimal. Rasa bosan merupakan faktor penghambat
utama dalam teknik 5R tersebut, anak melakukan teknik 5R pada awalnya
bersemangat karena kegiatan tersebut adalah hal yang baru. Lama kelamaan ketika
anak sering dianjurkan untuk menggunakan teknik tersebut terdapat rasa jenuh
karena anak harus melakukan kegiatan itu dan ketika anak sudah tidak mendapat
ide untuk meneruskan kalimatnya, dapat dipastikan anak tersebut akan terlambat
dalam pengumpulan tugasnya.
Untuk meningkatkan
kemampuan menyimak bagi anak-anak yang paling tepat dengan media yang dapat
menghibur. Seiring dengan perkembangan teknologi, media hiburan sudah banyak
menjamur di Indonesia. Salah satu media hiburan yang digemari anak-anak adalah
televisi, khususnya film kartun yang selalu ada dan setiap hari baik di stasiun
televisi swasta ataupun nasional. Kartun yang merupakan animasi satu sampai
tiga dimensi yang bergambar lucu serta memiliki alur yang ringan bagi anak-anak
sangat cocok sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Selain itu
karena gambar-gambar yang disajikan menarik, anak tidak akan mudah bosan untuk
menyimaknya, akan tetapi orang tua harus selektif untuk kartun yang baik dan
edukatif bagi anak-anak, sehingga anak tidak hanya merasa senang tetapi juga
mendapat ilmu yang bermanfaat dari kartun edukatif tersebut.
Daftar Pustaka
Pintamtiyastirin,
Dra. 1979.Menyimak dan Pengajarannya.IKIP:Yogyakarta
Tadkiroatun
Musfiroh, Dwi Hanti Rahayu.2004.Menyimak
Komprehensif dan Kritis.UNY:Yogyakarta
Tarigan,
Henry Guntur, Prof. Dr.1990.Menyimak
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung:Angkasa.