Senin, 02 Maret 2015

Tugas Artikel Menyimak

                                                         Menyimak untuk Anak

Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis, keempatnya merupakan caturtunggal (Tarigan,1990:Vii). Menyimak adalah keterampilan bahasa yang tanpa disadari berlangsung sehari-hari bahkan sudah secara alami dilakukan sejak individu lahir di dunia. Menyimak dapat dikatakan sebagai kegiatan mendengar, tetapi terdapat perbedaan antara menyimak dan mendengar. Menyimak adalah kegiatan mendengar secara teliti dan sungguh-sungguh, sehingga penyimak akan mendapatkan manfaat, sedangkan mendengar adalah kegiatan mendengarkan suara saja, tanpa memahami makna dan keindahan dari suara-suara tersebut. Menurut Tarigan, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran (1990:26).
Sebagian besar masyarakat tidak mengetahui bahwa mereka sedang menyimak, seperti saat pelajaran, bercakap-cakap, sedang curhat, melihat berita, dan sebagainya, yang mereka ketahui hanya mendengarkan padahal mereka sudah memasuki area menyimak. Dapat diamati ketika seorang bayi yang sedang digendong orang tua dan diajak bercengkrama, bayi tersebut seperti sedang mendengarkan dengan gerak tubuhnya yang lucu sedang mencari asal suara karena penglihatan bayi belum sempurna. Sebenarnya, bayi tersbut sedang menyimak apa yang dikatakan oleh orang tua mereka, meskipun bayi tersebut belum mengerti sepenuhnya, tetapi seorang bayi selalu menyimak dengan seksama. Dari awal itulah seorang anak dapat berbicara, seorang anak menyimak bagaimana orang tua mereka berbicara, kemudian mereka mulai meniru perkataan orang tua mereka dan akhirnya anak dapat berbicara secara sempurna. Kalau diamati, sebenarnya kualitas menyimak anak-anak lebih baik dibanding orang dewasa, karena pikiran anak-anak masih fresh dan belum memiliki beberapa masalah yang harus dipikirkan.
Menurut Tadkiroatun dan Dwi ada beberapa hambatan menyimak yaitu:
1.      Gangguan Fisik
a.       Lelah
       Tidak dapat dipungkiri setiap individu pasti merasa lelah ketika melakukan aktivitas, menyimak pun pasti dapat membuat seseorang merasa lelah karena ketika menyimak orang harus terus fokus dan tidak dapat mengalihkan perhatiannya jika ingin mendapat ilmu secara utuh.
b.      Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran merupakan salah satu faktor yang sangat krusial. Akibat gangguan pendengaran seseorang tidak mendapat bahan simakan secara sempurna dan hanya setengah-setengah.
c.       Bingung
       faktor dari dalam diri individu yang sulit diatasi oleh orang lain dan hanya individu tersebut yang dapat mengatasi rasa kebingungan itu, apalagi ketika terjadi gap dengan bahan simakan.
2.       Gangguan lingkungan
a.       Bising
        Pengambilan tempat yang tepat untuk menyimak penting agar dapat maksimal dalam menyimak, sehingga kebanyakan ruang kelas di sekolah-sekolah berada jauh dari jalan raya atau area untuk umum.
b.      Gaduh
       Gaduh hampir sama dengan bising, jika bising berasal dari luar ruangan, gaduh berasal dari dalam ruangan. Ketika kegiatan menyimak, anak yang masih kecil memang sangat sulit di ajak bekerja sama untuk tidak membuat gaduh, tetapi jika bahan yang akan disimak sangat menarik seperti dongeng dan cerita anak, tidak akan sulit untuk mengkondisikan suasana.
3.      Ketidakseimbangan pengetahuan atau pandangan penyimak dengan bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara. Walaupun terdapat ketidakseimbangan, tetapi ketika terdapat gap antara pembicara dan penyimak, penyimak yang tidak tahu istilah tersebut pasti segera mencatat kata-kata pembicara dan akan mencari makna dari kata tersebut, dan itu bagus untuk menambah pengetahuan penyimak.
4.      Gangguan non fisik penyimak
a.       Penyimak tidak memiliki motivasi
b.      Penyimak memiliki tipe-tipe khusus dalam menyimak
c.       Suara pembicara yang tidak jelas
d.      Simbol linguistik yang dipakai oleh pembicara tidak sama dengan penyimak dan akan menimbulkan kebingungan.
Teknik menyimak sistem kuliah yang dikembangkan oleh Universitas Cornell diringkas dengan sistem 5R, yaitu : Record, Reduce, Recite, Reflect, dan Review (Tadkiroatun dan Dwi, 2004:36) yang dapat membantu keterampilan menyimak sebaiknya diajarkan pada anak sejak dini, tetapi tidak sekompleks pada saat kuliah. Teknik ini terdiri dari Record atau menulis kata-kata yang paling penting dalam bahan simakan. Reduce atau menulis frasa atau ide pokok dari materi simakan yang telah ditulis dari tahap record. Recite atau menuliskan kembali dari record dan mengacu pada recite menurut pemahaman sendiri dan jika perlu dapat mencantumkan referensi tambahan. Reflect atau menuliskan kalimat dari bahan simakan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, dan review atau membaca kembali hasil yang telah dituliskan.
Teknik menyimak 5R sebenarnya sangat bagus untuk meningkatkan daya ingat dan menggali ide anak untuk menulis serta meningkatkan keterampilan membaca, tetapi ada beberapa kesulitan yang akan dihadapi oleh anak yaitu rasa malas karena terkadang materi yang disajikan tidak sesuai dengan minat anak sehingga anak merasa malas untuk mengerjakan teknik 5R tersebut, bahkan rasa malas tersebut sudah muncul pada kegiatan recite dan hasil yang dicapai tidak akan maksimal. Rasa bosan merupakan faktor penghambat utama dalam teknik 5R tersebut, anak melakukan teknik 5R pada awalnya bersemangat karena kegiatan tersebut adalah hal yang baru. Lama kelamaan ketika anak sering dianjurkan untuk menggunakan teknik tersebut terdapat rasa jenuh karena anak harus melakukan kegiatan itu dan ketika anak sudah tidak mendapat ide untuk meneruskan kalimatnya, dapat dipastikan anak tersebut akan terlambat dalam pengumpulan tugasnya.
Untuk meningkatkan kemampuan menyimak bagi anak-anak yang paling tepat dengan media yang dapat menghibur. Seiring dengan perkembangan teknologi, media hiburan sudah banyak menjamur di Indonesia. Salah satu media hiburan yang digemari anak-anak adalah televisi, khususnya film kartun yang selalu ada dan setiap hari baik di stasiun televisi swasta ataupun nasional. Kartun yang merupakan animasi satu sampai tiga dimensi yang bergambar lucu serta memiliki alur yang ringan bagi anak-anak sangat cocok sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Selain itu karena gambar-gambar yang disajikan menarik, anak tidak akan mudah bosan untuk menyimaknya, akan tetapi orang tua harus selektif untuk kartun yang baik dan edukatif bagi anak-anak, sehingga anak tidak hanya merasa senang tetapi juga mendapat ilmu yang bermanfaat dari kartun edukatif tersebut.

Daftar Pustaka
Pintamtiyastirin, Dra. 1979.Menyimak dan Pengajarannya.IKIP:Yogyakarta
Tadkiroatun Musfiroh, Dwi Hanti Rahayu.2004.Menyimak Komprehensif dan Kritis.UNY:Yogyakarta

Tarigan, Henry Guntur, Prof. Dr.1990.Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung:Angkasa.